Minggu, 19 Oktober 2008

Menjaga Sekolah Agar Tetap Unggul (Belajar dari Film Laskar Pelangi)

Tulisan ini diilhami dari film Laskar Pelangi. Sekolah dengan fasilitas apa adanya mampu bersaing dan melahirkan siswa yang luar biasa. Suatu kisah nyata dari sekolah yang mampu menjaga sekolahnya tetap unggul walaupun ketiadaan fasilitas dan dana.

Namun, siapa yang akan mengira kalau sekolah miskin itu telah berhasil mendidik siswa yang berbeda dengan sekolah lainnya. Sekolah yang lebih mengedepankan akhlak mulia daripada nilai-nilai pelajaran yang harus dikuasai siswa. Sekolah itu telah memberikan kekuatan cinta. Kekuatan cinta adalah salah satu kunci keberhasilan dalam dunia pendidikan. ”Tidak pernah ada yang bisa mengalahkan kekuatan cinta yang murni dan tulus. Cinta yang mendalam menebarkan energi positif yang tidak hanya mengubah hidup seseorang, tetapi juga menerangi hidup orang banyak.” (Kompas dalam cover novel Andrea Hirata ”Laskar Pelangi”).

Inilah film yang sangat mengharukan tentang dunia pendidikan dengan tokoh-tokoh manusia sederhana, jujur, tulus, gigih, penuh dedikasi, ulet, sabar, tawakal, dan mengajar dengan cinta. Inilah realita pendidikan Indonesia di tengah berbagai berita dan hiburan televisi tentang sekolah yang tak cukup memberi inspirasi dan spirit.

Film Laskar Pelangi telah mengajarkan bagaimana menjaga sekolah agar tetap unggul. Keunggulan itu terletak pada 6 kekuatan yang harus dibangun, yaitu:

1. Memiliki guru yang mempunyai kompetensi, dedikasi dan komitmen yang tinggi.

Guru sebagai agen pembelajaran dituntut mampu menyelenggarakan proses pembelajaran dengan sebaik-baiknya. Mulai dari merencanakan, melaksanakan, dan menilai hasil proses pembelajaran. Pasal 4 UU No. 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen menegaskan, guru sebagai agen pembelajaran berfungsi meningkatkan mutu pendidikan nasional. Untuk melaksanakan fungsinya dengan baik, guru wajib untuk memiliki syarat, salah satu di antaranya adalah kompetensi.

Kompetensi diartikan Cowell (1988) sebagai suatu kemahiran yang bersifat aktif. Kompetensi merupakan satu kesatuan utuh yang menggambarkan potensi, pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dinilai, dan terkait dengan profesi guru.

Selain kompetensi, harus ada komitmen dan dedikasi yang tinggi dalam menjaga sekolah agar tetap unggul. Komitmen dan dedikasi itu terlihat dari perilaku guru yang senantiasa meningkatkan kemampuannya untuk terus belajar sepanjang hayat, dalam rangka mengembangkan potensinya menjadi guru profesional.

2. Memiliki siswa yang berprestasi.

Siswa berprestasi lahir dari proses pembelajaran yang kreatif dan efektif. Sekolah harus dapat menciptakan siswa berprestasi yang dapat membawa nama baik sekolah di tingkat nasional maupun internasional. Karena itu adanya sebuah pembinaan jelas menjadi sebuah keharusan. Sekolah harus dapat menyeimbangkan otak kiri dan kanan siswa yang tercerminkan dari berjalannya kegiatan ekstrakurikuler dan intrakurikuler.

Dalam film Laskar Pelangi, Mahar sang seniman alam itu mampu membuat sebuah kreativitas seni yang indah. Dia mampu untuk membuat sebuah kreasi seni budaya bangsa yang berupa tarian tradisional begitu hidup dan menarik. Lewat ide gila si Mahar, sekolah yang tak memiliki dana mampu bersaing dengan sekolah yang memiliki dana.

3. Mengembangkan sumber belajar yang tidak hanya berpusat pada guru.

Sekarang ini, sumber belajar bukan lagi berpusat pada guru, melainkan pada berbagai sumber. Peran guru adalah mengusahakan agar setiap siswa dapat berinteraksi secara aktif dengan berbagai sumber belajar yang ada.

Menurut Asosiasi Teknologi Komunikasi Pendidikan (AECT), sumber belajar adalah semua sumber (berupa data, orang atau benda) yang digunakan untuk memberi kemudahan belajar bagi siswa. Sumber belajar itu meliputi pesan, orang, bahan, peralatan, teknik, dan lingkungan. Sumber belajar memiliki fungsi : (1) Meningkatkan produktivitas pembelajaran yang dapat lebih banyak mengembangkan gairah. (2) Memberikan kemungkinan pembelajaran yang sifatnya lebih individual. (3) Memberikan dasar yang lebih ilmiah terhadap pembelajaran dengan cara lebih sistematis. (4) Lebih memantapkan pembelajaran, dengan meningkatkan kemampuan sumber belajar, penyajian informasi, dan bahan secara lebih kongkrit. (5) Memungkinkan belajar secara seketika, dengan mengurangi kesenjangan antara pembelajaran yang bersifat verbal dan abstrak dengan realitas yang sifatnya kongkrit. (6) Memungkinkan penyajian pembelajaran yang lebih luas, dengan menyajikan informasi yang mampu menembus batas geografis.

4. Memiliki budaya sekolah yang kokoh.

Dalam makalah Konferensi Guru Indonesia (KGI) September 2007 yang diselenggarakan oleh Sampoerna Foundation Institut dan dihadiri oleh lebih dari 1000 orang guru dari seluruh Indonesia, penulis menuliskan bagaimana menciptakan budaya sekolah yang tetap eksis. Kuncinya perpaduan semua unsur di sekolah itu dari mulai peran guru, siswa, dan orang tua menjadi three in one dalam merajut kebersamaan.
Budaya sekolah yang harus diciptakan adalah mengembangkan budaya keagamaan (religius), budaya kerjasama (team work), budaya kepemimpinan (leadership) dan budaya kedisiplinan (dicipline).

5. Memiliki seorang tokoh panutan di sekolah.

Dalam film Laskar Pelangi, tokoh panutan itu diperankan dengan baik oleh pak Harfan. Dia selalu menekankan pada anak didiknya bahwa ”hiduplah untuk memberi sebanyak-banyaknya, bukan menerima sebanyak-banyaknya”. Sudahkah tokoh panutan ini ada dalam sekolah kita? Seorang guru yang ikhlas mengabdi untuk kemajuan negeri. Kalau jawabannya belum, maka diri kita sendiri yang harus menjadi tokoh panutan itu.

6. Memiliki motivasi yang tinggi untuk mampu bersaing.

Motivasi merupakan kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Dalam kegiatan belajar, motivasi instrinsik maupun ekstrinsik sangat diperlukan, sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar, tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar. Motivasi intrinsik adalah motivasi yang timbul dari dalam diri sendiri tanpa ada paksaan dorongan orang lain, sedangkan motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang timbul sebagai akibat pengaruh dari luar individu.

Kesederhanaan, kemiskinan, dan ketiadaan fasilitas justru mampu memotivasi Laskar Pelangi untuk memenangkan karnaval dan lomba cerdas cermat. Tengoklah Lintang, yang genius dan bersepeda 80 kilometer pulang pergi untuk memuaskan dahaganya akan ilmu. Atau Mahar, seorang seniman yang imajinatif, dan kreatif yang mampu mengangkat citra sekolahnya dalam karnaval dengan tarian nasional tanpa dana.

Akhirnya, untuk menjaga agar sekolah tetap unggul diperlukan kebersamaan yang erat dari berbagai komponen yang ada di dalam komunitas sekolah. Semua harus saling melengkapi dan bekerjasama dalam membangun sekolah melalui suatu sistem yang utuh dan sistemik agar sekolah tetap unggul.

Penulis:

Wijaya Kusumah, S.Pd.

(Guru TIK SMP Labschool Jakarta).

Hp. 0815 915 55 15 Telp. 021 8482225

http://wijayalabs.wordpress.com

Tidak ada komentar:

Apakah anda sudah Mengajar dengan Hati?

Mengajar Dengan Hati Nurani

Selamat datang di blog Guru yang Mengajar dengan Hatinya. Saran dan komentar sangat kami harapkan demi perbaikan blog ini menjadi lebih baik lagi