Sabtu, 03 Januari 2009

Rahasia Bahagia

Rahasia Bahagia (1) : Sabar
Sabtu, 3 Januari 2009 | 17:41 WIB

JAKARTA, SABTU - Kebahagiaan berada dalam pikiran kita. Oleh karena itu, kebahagiaan dapat dicapai melalui suatu latihan. Arvan Pradiansyah, seorang motivator, merumuskan tujuh rahasia hidup bahagia dalam bukunya The 7 Laws of Happiness, terbitan Kaifa, PT Mizan Utama.

Rahasia yang pertama adalah sabar. Menurut Arvan, definisi sabar tidak sesempit pengertiannya yang selama ini dominan dalam masyarakat, yaitu mengurut dada sehingga menuntun kepada pemahaman bahwa sabar identik dengan penderitaan.

"Mengurut dada menunjukkan bahwa Anda tiada ikhlas, bahwa Anda terpaksa. Padahal, sabar sama sekali berbeda dengan terpaksa. Sabar adalah melakukan sesuatu dengan senang hati," tulis Arvan.

Kesabaran, bagi Arvan, tak dapat dilepaskan dari peran Tuhan. Untuk menjadi sabar, manusia harus mendekatkan diri kepada Tuhan dan memohon kekuatan dari-Nya. Kesabaran berbanding lurus dengan kedekatan kita kepada Tuhan.

Arvan memaparkan tujuh definisi sabar. Pertama, sabar adalah menunda respon Anda untuk beberapa saat sampai Anda benar-benar merasa tenang dan pikiran Anda dapat berfungsi kembali dengan baik. Dengan definisi ini, berarti sabar akan mengasah kecerdasan Anda, terutama dalam menghadapi situasi marah.

Kedua, sabar adalah menyatukan badan dan pikiran Anda di satu tempat. Arvan mencontohkan kondisi terjebak dalam kemacetan padahal Anda sedang ditunggu klien di kantor. Anda tidak akan bisa sabar karena badan Anda di mobil, sedangkan pikiran Anda berada di kantor. Menyatukan badan dan pikiran membuat Anda tenang dalam menghadapi suatu masalah.

Sabar merupakan kata kerja aktif, bukan pasif. Sabar sering ditafsirkan dengan berdiam diri dan berpangku tangan. Menurut Arvan, definisi sabar yang benar jika Anda mengalami kegagalan, Anda berupaya mencoba lagi untuk bangkit.

Keempat, sabar adalah melakukan satu hal di satu waktu. Di zaman ini, Anda begitu ingin melakukan berbagai efisiensi di segala lini kehidupan untuk dicap "lebih profesional". Namun, Arvan memperkenalkan konsep mindfulness. Mencurahkan perhatian sepenuhnya pada apapun yang sedang kita lakukan. Bahkan untuk tidak lupa makanan apa yang Anda santap ketika sarapan.

Definisi kelima, sabar adalah menikmati proses tanpa terganggu pada hasil akhirnya. Contohnya, para penggemar bola. Mereka merasa sangat berbahagia ketika menonton pertandingan itu bukan sekadar mengetahui hasil akhirnya.

Selain itu, sabar adalah menyesuaikan tempo kita dengan tempo orang lain dan bukannya mengharapkan orang lain yang menyesuaikan. Sabar juga adalah hidup selaras dengan hukum alam. Mari lihat saja bagaimana alam berproses.

Rahasia Bahagia (2): Bersyukur
Sabtu, 3 Januari 2009 | 17:47 WIB

JAKARTA, SABTU-Weits, siapa bilang bersyukur hanya harus dilakukan pada saat senang? Bersyukur harus pula dilakukan di saat sulit dan tertekan sekalipun. Dengan demikian, kebahagiaan ada di tangan Anda.

Demikian diungkapkan oleh motivator Arvan Pradiansyah dalam bukunya The 7 Laws of Happiness. "Sama ketika senang juga harus bisa sabar. Bersyukur juga harus bisa dalam keadaan susah," ujar Arvan dalam diskusi bukunya, Sabtu (3/1), di Gramedia Matraman Jakarta Pusat.

Menurut Arvan, bersyukur adalah proses berhenti sebentar di setiap momen dan menikmati momen tersebut. Bersyukur berpusat pada kondisi internal Anda. Oleh karena itu, pikirkanlah semua yang telah dimiliki, bukan yang diinginkan.

Memikirkan sesuatu yang belum Anda miliki membuat Anda tidak mudah untuk bersyukur. Bersyukur berarti pula fokus pada kelebihan Anda dan bukan pada kekurangan Anda. Arvan menganjurkan bertanya kepada orang-orang di sekeliling Anda untuk mengetahui kelebihan yang Anda miliki.

Dengan demikian Anda akan lebih mudah bersyukur atas diri Anda. Anda lebih sering bertanya "mengapa saya?" ketika ditimpa kemalangan. Namun, tanyakanlah hal yang sama ketika mendapatkan suatu berkat atau rahmat. Pikirkan alasan mengapa Anda yang diizinkan untuk mendapatkannya akan menolong Anda mudah untuk bersyukur.

Lain halnya ketika mendapatkan kemalangan. Jangan tanya "mengapa saya?" namun tanyakanlah "pelajaran berharga apa yang bisa saya dapatkan dari peristiwa ini?" Pertanyaan ini harus ditanyakan juga ketika Anda memperoleh kesenangan.

Hal lain yang diungkapkan Arvan mengenai bersyukur adalah ketika Anda terbuka menerima apa yang dianugerahkan daam kehidupan kita sekarang, termasuk dengan menjelajahi semua potensi yang ada di dalam diri Anda.

The 7 Laws of Happiness
Sabtu, 3 Januari 2009 | 15:21 WIB

JAKARTA, SABTU — Berbagai prediksi mengiringi seluruh lapisan masyarakat dalam memasuki tahun 2009. Dampak buruk krisis membayangi dan melemahkan Anda untuk tetap bahagia menjalani tahun ini. Namun, pada dasarnya Anda masih dapat tetap berbahagia. Apa rahasianya? Arvan Pradiansyah merumuskan tujuh "makanan bergizi" yang harus terus-menerus diasup oleh pikiran manusia dalam bukunya The 7 Laws of Happiness.

Tiga "makanan" berkaitan dengan diri kita sendiri, tiga "makanan" berkaitan dengan hubungan kita dengan orang lain serta satu "makanan" lagi berkaitan dengan Tuhan. Tiga makanan pertama adalah patience atau kesabaran, gratefulness atau rasa syukur, dan simplicity atau sederhana. Tiga makanan kedua adalah love atau kasih, giving atau memberi, dan forgiving atau memaafkan. Satu makanan terakhir adalah surrender atau pasrah. Semuanya memengaruhi pikiran.

"Konsep kebahagiaan fokusnya di pikiran. Kita memasukkan makanan-makanan yang salah ke pikiran kita. Makanan biasa gampang kita lihat kita bisa lebih hati-hati memasukkan yang pantas ke mulut. Tapi kalau pikiran, kita sulit memilah-milahnya," ujar Arvan dalam talkshow mengenai bukunya di Gramedia Matraman, Jakarta Pusat, Sabtu (3/1).

Menurut Arvan, kekuatan terbesarnya adalah kemampuan kita memilih pikiran. Mengutip Steven R. Covey, Arvan menuliskan bahwa setiap orang memiliki kebebasan untuk memilih respons terhadap stimulus yang datang kepada dirinya. Namun, Arvan mengatakan dirinya melihat bahwa yang jauh lebih penting adalah kemampuan untuk memilih pikiran.

Untuk menghadapi suatu bagian perjalanan hidup yang dianggap buruk, sering kali pikiran-pikiran negatif yang lebih dulu muncul.

"Kita harusnya benar-benar memiliki kesadaran terlebih dulu apa yang akan kita pilih untuk bahagia. Kita harus sadar, meski ini memang abstrak," ujar Arvan.

Arvan mencontohkan dalam menghadapi atasan yang temperamental sering kali pilihan yang diambil adalah negatif seperti memilih untuk sakit hati. Padahal, jika berpikir lebih jernih kita dapat melihat bahwa kondisi atasan yang temperamental bisa melatih kesabaran, kasih, dan juga memaafkan si atasan.

Demikian juga dalam menghadapi krisis, rahasia bahagia bukan ditentukan oleh kondisi dan lingkungan sekitar. Rahasia bahagia ada di pikiran. "Bahagia itu menginginkan apa yang sudah kita dapatkan," tandas Arvan.

Tidak ada komentar:

Apakah anda sudah Mengajar dengan Hati?

Mengajar Dengan Hati Nurani

Selamat datang di blog Guru yang Mengajar dengan Hatinya. Saran dan komentar sangat kami harapkan demi perbaikan blog ini menjadi lebih baik lagi